
Rumah Batu Olak Kemang adalah salah satu situs sejarah yang terletak di Desa Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi, Provinsi Jambi, Indonesia. Bangunan ini merupakan peninggalan bersejarah yang erat kaitannya dengan Kesultanan Jambi, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Thaha Saifuddin, salah satu sultan terakhir Kesultanan Jambi yang gigih melawan penjajahan Belanda.
Rumah Batu Olak Kemang adalah bukti nyata dari perjuangan dan keteguhan hati Sultan Thaha Saifuddin serta rakyat Jambi dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan. Melalui pelestarian situs ini, nilai-nilai sejarah dan budaya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Sejarah Rumah Batu Olak Kemang
Rumah Batu Olak Kemang dibangun pada abad ke-19, tepatnya sekitar tahun 1850-an. Bangunan ini awalnya digunakan sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan Sultan Thaha Saifuddin selama masa perlawanannya terhadap Belanda. Lokasinya yang strategis, dekat dengan Sungai Batanghari, memudahkan akses transportasi dan komunikasi pada masa itu.

Rumah ini terbuat dari batu dan kayu, dengan arsitektur yang menggabungkan unsur tradisional Melayu Jambi dan pengaruh kolonial. Struktur bangunannya kokoh, dirancang untuk bertahan dalam kondisi cuaca tropis dan sebagai benteng pertahanan jika terjadi serangan.
Masa dan Peran Sultan Thaha Saifuddin
Sultan Thaha Saifuddin adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan Belanda di Jambi. Ia memerintah Kesultanan Jambi dari tahun 1855 hingga 1904. Pada masa pemerintahannya, Belanda semakin gencar melakukan intervensi dan upaya penguasaan terhadap wilayah Jambi. Sultan Thaha Saifuddin dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan pantang menyerah dalam mempertahankan kedaulatan kesultanannya.
Rumah Batu Olak Kemang menjadi saksi bisu perjuangan Sultan Thaha Saifuddin. Dari tempat ini, ia mengatur strategi perlawanan dan memobilisasi pasukan untuk menghadapi Belanda. Selain itu, rumah ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi, dan budaya pada masa itu.
Kaitan dengan Kesultanan Jambi
Rumah Batu Olak Kemang tidak hanya sekadar bangunan biasa, melainkan simbol perlawanan dan ketahanan Kesultanan Jambi terhadap penjajahan. Keberadaannya mencerminkan upaya Sultan Thaha Saifuddin dan rakyat Jambi dalam mempertahankan identitas dan kedaulatan.
Setelah Sultan Thaha Saifuddin wafat pada tahun 1904, pengaruh Belanda semakin kuat, dan Kesultanan Jambi secara bertahap kehilangan kekuasaannya. Namun, Rumah Batu Olak Kemang tetap berdiri sebagai monumen sejarah yang mengingatkan generasi muda akan perjuangan dan pengorbanan para pendahulu mereka.
Kondisi Saat Ini
Saat ini, Rumah Batu Olak Kemang telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh pemerintah setempat. Meskipun beberapa bagian bangunan telah mengalami kerusakan akibat usia dan faktor alam, upaya konservasi dan restorasi terus dilakukan untuk mempertahankan keaslian dan nilai sejarahnya.

Rumah Batu Olak Kemang juga menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik bagi para pengunjung yang ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah Kesultanan Jambi dan perjuangan Sultan Thaha Saifuddin.
Referensi
- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. (2020). Profil Cagar Budaya Rumah Batu Olak Kemang. Jambi: Pemerintah Provinsi Jambi.
- Suryadi, A. (2015). Sejarah Kesultanan Jambi dan Perlawanan terhadap Kolonial Belanda. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
- Hasan, M. (2018). Sultan Thaha Saifuddin: Pahlawan Nasional dari Jambi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- Tim Peneliti Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi. (2019). Laporan Penelitian Rumah Batu Olak Kemang. Jambi: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
